Kamis, 29 Desember 2016

Implikasi Filsafat Pendidikan Matematika dalam Pembelajaran


Implikasi Filsafat  Pendidikan Matematika dalam Pembelajaran

            Dalam filsafat ilmu dipelajari mengenai ilmu dan matematika. Ilmu tanpa matematika  tidak berkembang, matematika tanpa ilmu tak ada keteraturan. Dengan pengetahuan manusia dapat mengembangkan mengatasi kelangsungan hidupnya, memikirkan hal-hal yang baru dan menjadikan manusia sebagai makhluk yang khas di muka bumi ini.
Matematika merupakan cabang mata pelajaran yang luas cakupannya dan bukan hanya sekedar bisa berhitung atau mensubtitusikan ke rumus saja tetapi mencakup beberapa kompetensi yang menjadikan siswa tersebut dapat memahami dan mengerti tentang konsep dasar matematika. Belajar matematika juga membutuhkan kemampuan bahasa, untuk bisa mengerti soal-soal atau mengerti logika, juga imajinasi dan kreativitas. Dan sekiranya dipergunakan dalam lingkungan sekolah , yaitu antara guru dan siswa maka kuncinya adalah mengambil contoh dalam hidup sehari-hari dan dibuat semenarik mungkin.Agar tercapainya semua itu maka peranan guru sangat penting dalam pembelajaran ini.
Dalam pembelajaran matematika sejak dini siswa sudah di didik untuk menggunakan logika sehari-hari yang tentunya akan menjadi lebih mudah bagi siswa dalam menerima dan memahami pelajaran matematika. Penyampaian materi pelajaran matematika menjadi sangat menarik dan lebih diutamakan dengan bimbingan guru. Dengan ini siswa mampu menemukan konsep dan rumus-rumus matematika dasar sehingga siswa sangat menyukai dan menumbuhkan semangat eksplorasi dunia angka, bilangan dan konsep matematika yang lebih rumit.
Khusus untuk siswa, matematika sangat berguna sekali bagi mereka untuk mengembangkan proses berfikir mereka mulai dari hal-hal yang sederhana sampai kepada hal-hal yang rumit. Tahapan dimana siswa sudah bisa mempraktekkan matematika dalam kehidupan sehari-hari yang tentunya juga ditunjang oleh berbagai cara serta metode pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa.
Dengan penerapan filsafat dalam pembelajaran di sekolah, maka proses belajar mengajar akan berjalan dengan efektif dan efisien. Filsafat memberikan keuntungan bagi guru dan juga siswa. Bagi guru, dengan adanya pelajaran filsafat, maka guru akan lebih memahami karakter dari siswa-siswanya. Belajar filsafat adalah berpikir, sehingga guru dapat mengetahui sejauh mana pola pikir siswa-siswanya dalam memahami matematika. Pada pelajaran filsafat, pendidikan karakter juga tercakup di dalamnya. Pendidikan karakter meliputi material, formal, normatif dan spiritual. Dan dalam pembelajaran di sekolah, keempat faktor tersebut merupakan salah satu peran filsafat dalam pembelajaran di sekolah

Kamis, 22 Desember 2016

KURANGNYA PEMAHAMAN KONSEP DAN MELENCENGNYA KURIKULUM DALAM PENDIDIKAN MATEMATIKA


KURANGNYA PEMAHAMAN KONSEP DAN MELENCENGNYA KURIKULUM DALAM PENDIDIKAN MATEMATIKA
Peserta didik sekarang pandai dalam mengerjakan soal ,tetapi tidak bisa memberikan makna dari soal itu. Matematika hanya diartikan sebagai sebuah persoalan hitung-hitungan yang siap untuk diselesaikan atau dicari jawabannya. Itulah kelemahan pendidikan matematika di Indonesia akibat tidak diajarkannya filsafat atau latar belakang ilmu Matematika. Maka dari itu perlu adannya perubahan paradigma dan cara pandang baru tentang bagaimana unsur-unsur  filsafat itu bisa di berikan kepada peserta didik dan tidak melakukan perubahan terhadap kurikulum matematika yang sudah ada. Sering ditemui siswa ataupun mahasiswa tidak mampu memberikan penjelasan atau interpretasi terhadap soal matematika , mereka dengan mudah dalam mengerjakan soal dan dipastikan benar dalam menyelesaikannya tetapi jika ditanya lebih lanjut tentang makna bab yang mereka pelajari (misal tentang bab pytagoras) hampir dapat dipastikan mereka tidak mengetahui. Ini adalah sebuah persoalan yang menjadi tantangan bagi guru dan dosen, bagaimana cara guru dan dosen dalam memberikan pembelajaran matematika kepada peserta didik agar mereka tidak hanya menelan setengahnya saja melainkan  mampu memahami keseluruan konsep-konsep pada matematika.Proses pendidikan matematika bukan semata-mata mengerjakan. Tetapi pemahaman konsep matematika  harus diberikan secara lebih jelas. Pemahaman konsep sangat lah penting, karena dengan adanya pemahaman konsep, materi yang ditangkap oleh peserta didik akan bertahan lebih lama. Dengan demikian, peserta didik akan lebih mudah dalam mencerna materi selanjutnya.
Selain kurangnya pemahaman konsep, masalah yang muncul dari pembelajaran matematika  adalah melencengnya kurikulum pembelajaran yang diterapkan untuk peserta didik.  Beberapa ahli matematika mengatakan bahwa kurikukulum matematika telah melenceng, pendapat ini diutarakan oleh Arif Rahman(mathbuletin.com) yang mengatakan bahwa matematika yang diajarkan dinilai tidak sesuai lagi dengan falsafah ilmu matematikaitu sendiri karena lebih menekankan pada hasil yang dikerjakan secara cepat tanpa memperhatikan proses berfikir.pembelajaran matematika yang paling utama adalah pembelajaran yang berfungsi efektif di kehidupan sehari-hari sebagai warga negara yang peduli, konstruktif dan pandai bernalar. Jika dikaji lebih lanjaut, permasalahan matematika yang terjadi disebabkan oleh kurikulum pembelajaran yang semakin berat sedangkan peserta didik harus mampu melalap semua itu. Persoalan ini menjadi PR bagi para pendidik agar lebih mensiasati strategi, model pembelajaran yang efektif sehingga  peserta didik  mampu menerima dan mencerna apa yang diajarkan oleh guru atau dosen.

Kamis, 15 Desember 2016

Membentuk Karakter Dalam Pembelajaran Matematika


Membentuk Karakter Dalam Pembelajaran Matematika
Sebuah sistem pendidikan yang berhasil adalah yang dapat membentuk manusia-manusia berkarakter, bermoral yang sangat diperlukan dalam mewujudkan sebuah negara kebangsaan yang terhormat. Paradigma baru pendidikan di Indonesia  bertujuan bukan hanya untuk merubah perilaku siswa, namun salah satunya adalah untuk membentuk karekter siswa. Karekter yang dimaksud adalah kemampuan siswa dalam berfikir positif yaitu mampu membedakan antara yang baik dan benar, mengalami emosi-emosi moral( bersalah, empati,sadar diri), melibatkan diri dalam tindakan-tindakan(berbagi,berderma, berbuat jujur), meyakini moralitas yang beradap dan bermartabat dan menunjukkan kejujuran,kebaikan hati dan tanggung jawab( Kemdiknas,2010).
Matematika merupakan suatu ilmu yang membutuhkan pemikiran logis, rasional, kritis, jujur, efektif dan efisien. Matematika sebagai pelajaran esensial yang diajarkan kepada anak pada tingkat pendidikan. Bahkan pada pendidikan anak di usia dini matematika sudah mulai dikenalkan. Ini menunjukkan bahwa matematika itu sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.  Oleh karena itu, proses pembelajaran matematika tidak akan terlepas dari pengembangan nilai-nilai karakter siswa. Pembelajaran matematika dapat dipandang sebagai suatu keadaan atau sifat  bahkan nilai yang bersinergis dengan nilai-nilai karakter. Bahkan dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran matematika memiliki peran yang besar dalam mewujudkan karakter siswa. Nilai karakter yang terkandung dalam pembelajaran tersebut adalah jujur, displin, kreatif, komunikatif, tanggung jawab , rasa ingin tahu ,mandiri dan kerja  keras. Apabila siswa mampu menerapkan nilai-nilai karakter tersebut maka matematika akan menjadi suatu pelajaran yang bermakna bagi kehidupan.
 Oleh karena itu, pembelajaran matematika di sekolah tidak hanya dimaksudkan untuk membekali siswa agar menguasai matematika dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari namun matematika juga dimaksudkan untuk menata nalar siswa dan membentuk kepribadiannya yang sesuai nilai karakter mulia. Pembelajaran matematika hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga tidak hanya mampu mencapai tujuan dalam ranah pendidikan saja, tetapi juga mampu mencapai tujuan dalam ranah sikap dan keterampilan. Dengan demikian pendidikan karakter dalam matematika merupakan potensi sekaligus fakta yang harus menjadi bagian tidak terpisahkan bagi setiap insan pengembang pendidikan ,baik pendidik, tenaga pendidik maupun pengambil kebijakan pendidik.

Selasa, 06 Desember 2016

Pengaplikasian Surat Al-Isra’ ayat 82 Dalam Logika Matematika


Pengaplikasian Surat Al-Isra’ ayat 82 Dalam Logika Matematika

 Pada dasarnya Al- Qur’an  adalah kitab yang sempurna yang didalamnya mengandung berbagaai macam ilmu yang dibutuhkan oleh manusia. Atas dasar itulah Al- Qur’an menjadi sesuatu yang sangat menarik untuk di pelajari. Salah satunya yaitu mengaitkan Al- Qur’an dengan matematika, artikel ini akan menjelaskan dan menelaah salah satu ayat Al- Qur’an yang dapat diaplikasikan dalam logika matematika yaitu surat Al-Isra’ ayat 82 yang artinya:
“Dan Kami turunkan dari Al- Qur’an (sesuatu) yang menjadi penawar dan      rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang dzolim ( Al- Qur’an itu) hanya akan menambah kerugian.”
Dari ayat di atas dapat dijelaskan bahwa sesungguhnya Al- Quran itu adalah penawar dan rahmat bagi orang-orang mu’min , yakni dapat melenyapkan berbagai penyakit hati antara lain keraguan ,kemunafikan ,kemusyrikan  dan menyimpang dari perkara yang hak serta cenderung kepada hal yang batil. Al- Quran pun menjadi rahmat bagi mereka , karena dengan Al- Quran dapat mempertebal  keimanan orang-orang mu’min. Hal –hal ini hanya di dapat oleh orang –orang yang beriman  sedangkan orang kafir tidak dapat mengambil manfaat dari Al- Quran, ia tidak dapat menghafal ataupun memahami makna yang terkandung dalam Al- Quran. Dari penjelasan tersebut sudah sangat jalas bahwa ada hak dan yang batil, ada suatu kaum yang ingkar dan suatu kaum yang patut.
Penjelasan tersebut dapat diaplikasikan pada logika matematika, dalam logika matematika terdapat kalimat pernyataan , negasi, implikasi dan biimplikasi.
Misal:  p: Al- Qur’an diturunkan sebagai penawar dan rahmat  bagi orang yang beriman.
            q:  Bagi orang yang dzolim ( Al- Qur’an itu) hanya akan menambah kerugian.
            Dalam surat tersebut sudah di jelaskan bahwa Al- Qur’an diturunkan sebagai penawar dan rahmat  bagi orang yang beriman,sedangkan bagi orang dzalim tidak mendapat kemanfaatan dari Al- Qur’an tapi hanya  menambah kerugian bagi mereka.Ada 2 pernyataan yang berlawanan atau berkebalikan dari penjalasan surat  tersebut sehingga jika kita hubungkan dengan logika matematika yaitu suaatu pernyataan yang dapat di negasikan. Pernyataan (p) adalah suatu pernyataan yang hak sedangkan pernyataan dari (q) adalah pernyataan yang batil. Keduanya  berlawanan sehingga dalam matematika pernyataan atau kalimat yang berlawanan disebut negasi. Nah, sudah jelas bahwa Al- Qur’an dapat di hubungkan dengan berbagai ilmu salah satunya ilmu logika dalam matematika.










Kamis, 01 Desember 2016

KONSEP LIMAS SEGI ENAM DALAM ISLAM


KONSEP LIMAS SEGI ENAM DALAM  ISLAM

Dalam matematika kita mengenal bangun ruang limas segi enam yang memiliki alas berbentuk segi enam dan memiliki sisi tegak yang berbentuk segi tiga. Dalam islam kita mengenal rukun iman yang terdiri dari 6 point. Bila kita lihat ,keduanya saling berhubungan. Limas segi enam mempunyai 6 titik sudut yaitu A.B.C. D.E.F.T.  Jika dikaitkan dengan islam titik sdut tersebut memiliki makna yaitu
T = IMAN
A= BERIMAN KEPADA ALLAH SWT
B= BERIMAN KEPADA MALAIKAT
C= BERIMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH SWT
D= BERIMAN KEPADA PARA RASUL
E= BERIMAN KEPADA HARI KIAMAT
T= BERIMAN KEPADA TAKDIR ALLAH SWT
T merupakan titik puncak suatu limas segi enam yang dimislkan sebagai iman seseorang. Tanpa bermaksud untuk menyetarakan kedudukan Allah Swt dengan rukun –rukun iman yang lain,paokok bahasan ini akan membahas pentingnya rukun iman sebagai pondasi iman seseorang. Sebelum kita membahas rukun iman , sebaiknya kita mengertidulu apa itu pengertian iman. Kata iman berasal dari bahasa arab yang artinya percaya. Menurut ilmu tauhid iman didefinisikan sebagai membenarkan dengan hatim,mengucapkan dengan lisn dan mengamalkan dengan tindakan. Di dalam agam islam lims segi enam merupakan gambaran dari rukun iman yang terdiri dari enam hal yaitu
1.      Iman kepada Allah Swt
2.      Iman kepada malaikat Allah Swt
3.      Iman kepada kitab Allah Swt
4.      Iman kepada Rasul Allah Swt
5.      Iman kepada hari akhir
6.      Iman kepada takdir Allah Swt
Dari ke enam hal tersebut saling berhubungan untuk menuju ke T sebagai iman , karena apabila kehilangan salah satu gaaris saja, maka bangun limas segi enam tersebut tidak akan berdiri tegak. Hal ini sama dengan keimanan seseorang , karena jika salah satu tidak terpenuhi maka keimanan seseorang tidak akan sempurna.